Selasa, 05 Juli 2011

Makalah Manusia dan Hajat Hidupnya

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah
berbagai macam perspektif, ada yang mengatakan manusia adalah hewan rasional
(animal rasional) dan pendapat ini dinyakini oleh para filosof. Sedangkan yang lain
menilai manusia sebagai animal simbolik adalah pernyatakan tersebut dikarenakan
manusia mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan simbol-simbol tersebut. Ada yang lain menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber dimana manusia adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja.Dan bagaimanakah hakikat manusia menurut islam?Insya Allah kami akan membahas masalah tersebut.

B.     Rumusan Masala
1. Siapa sebenarnya manusia itu?
2. Untuk apa Manusia diciptakan?
3. Untuk siapa Manusia Hidup?
4.
Tugas Manusia di Bumi
5. Fungsi dan Peranan Manusia

C.    Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Agama.

D.    Manfaat
Agar para panbaca makalah mengetahui bagaimana manusia itu di ciptakan di muka bumi dan sebenarnya untuk apa mereka hidup . . .
 

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Manusia dan Hajat Hidupnya
Manusia sejak  terlahir, ia adalah mahluk  sosial, dan memiliki hajat atau kepentingan dalam kehidupan ini, dan merupakan suatu fitrah buat manusia.  Kepentigan atau hajat hidup manusia ini dapat berupa :
1.      Hajat Manusia Terhadap Sesama
Manusia  memerlukan keperluan atau hajat terhadap sesama  dan ini  sesuatu yang fitrah. manusia yang terlahir ke dunia dengan kesempurnaannya memerlukan bantuan orang lain dalam rangka  Untuk memenuhi hajat hidup nya  .Hajat hidup sesama manusia ini diantaranya adalah :
a.       Membina Ukhuwah Terhadap Sesama.
Dalam Islam hubungan dengan terhadap sesama manusia, apalagi terhadap sesama muslim wajib dibina, hal ini karena terhadap sesama muslim diikat oleh aqidah yang sama, sehingga Allah swt, menyatakan bahwa terhadap sesama muslim  adalah bersaudara.
Sebagaimana Firman Allah swt :
Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (Al-Hujrat:10)
Membina ukhuwah sebagai hajat terhadap sesama manusia wajib hukumnya, bahkan jika ada orang   diantara kita yang  terputus ukhuwah maka yang lain  harus mendamaikan saudaranya.
Dalam Agama kita yang tidak membina hubungan terhadap sesama dengna baik bahkan memutuskan hubungannya akan dihinakan oleh Allah swt.
Firman Allah Swt.
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. (Qs. Ali-Imran :112)
b.      Pemenuhan Kebutuhan Hidup
Dalam memenuhi  kebutuhan hidup,  kita membutuhkan orang lain,  hal ini karena apa yang kita butuhkan ada pada orang lain.  Kebutuhan hidup berupa materi adalah  sandang, papan dan pangan sedangkan kebutuhan hidup non materi berupa cinta kasih, sayang dan  kebutuhan syahwat.  Dalam pemenuhan kebutuhan ini haruslah diatur oleh syariat agama kita, agar di dalam pemenuhna kebutuhan ini tidak melanggar.

B.     Siapa sebenarnya Manusia itu?
Manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa arabnya, yang berasal dari kata nasiya yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar al-uns yang berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya. Manusia cara keberadaannya yang sekaligus membedakannya secara nyata dengan mahluk yang lain. Seperti dalam kenyataan mahluk yang berjalan diatas dua kaki, kemampuan berfikir dan berfikir tersebut yang menentukan manusia hakekat manusia. Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan mahluk yang lain. Manusia dalam memiliki karya dapat dilihat dalam seting sejarah dan seting psikologis situasi emosional an intelektual yang melatarbelakangi karyanya. Dari karya yang dibuat manusia tersebut menjadikan ia sebagai mahluk yang menciptakan sejarah. Manusia juga dapat dilihat dari sisi dalam pendekatan teologis, dalam pandangan ini melengkapi dari pandangan yang sesudahnya dengan melengkapi sisi trasendensi dikarenakan pemahaman lebih bersifat fundamental. Pengetahuan pencipta tentang ciptaannya jauh lebih lengkap dari pada pengetahuan ciptaan tentang dirinya. Dan sebagaimana yang telah Allah jelaskan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan-Nya yang paling mulia di antara makhluk yang lain.
Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalahberbagai macam perfektif, ada yang mengatakan masnusia adalah hewan rasional (animal rasional) dan pendapat ini dinyakini oleh para filosof. Sedangkan yang lain menilai manusia sebagai animal simbolik adalah pernyatakan tersebut dikarenakan manusia mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan simbol-simbol tersebut. Ada yang lain menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber dimana manusia adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja. Manusia memang sebagai mahluk yang aneh dikarenakan disatu pihak ia merupakan “mahluk alami”, seperti binatang ia memerlukan alam untuk hidup. Dipihak lain ia berhadapan dengan alam sebagai sesuatu yang asing ia harus menyesuaikan alam sesuai dengan kebutuh-kebutuhannya. Manusia dapat disebut sebagai homo sapiens, manusia arif memiliki akal budi dan mengungguli mahluk yang lain. Manusai juga dikatakan sebagai homo faber hal tersebut dikarenakan manusia tukang yang menggunakan alat-alat dan menciptakannya. Salah satu bagian yang lain manusia juga disebut sebagai homo ludens (mahluk yang senang bermain).
Masalah manusia adalah terpenting dari semua masalah. Peradaban hari ini didasarkan atas humanisme, martabat manusia serta pemujaan terhadap manusia. Ada pendapat bahwa agama telah menghancurkan kepribadian manusia serta telah memaksa mengorbankan dirinya demi tuhan. Agama telah memaksa ketika berhadapan dengan kehendak Tuhan maka manusia tidak berkuasa. Manusia menurut Paulo Freire mnusia merupakan satu-satunya mahluk yang memiliki hubungan dengan dunia. Manusia berbeda dari hewan yang tidak memiliki sejarah, dan hidup dalam masa kini yang kekal, yang mempunyai kontak tidak kritis dengan dunia, yang hanya berada dalam dunia. Itulah berbagai jawaban ketika ditanya siapa manusia itu sebenarnya. Banyak jawaban berbeda yang akan kita dapatkan.Dan terkadang bisa jadi antara pendapat satu dengan yang lain saling bertentangan.Ada yang mengatakan bahwa manusia dengan kekuatannya sendiri dapat melakukab segalanya.Namun di sisi lain ada juga yang berpendapat bahwa manusia hanya mengikuti takdir yang berlaku pada dirinya.Kedua pendapat yang bertentangan itu akan membingungkan jika tidak kita hadapi dengan bijak.
Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia di antara makhluk ciptaan-Nya yang lain yang dipercaya untuk menjadi khalifah di muka bumi.Dengan segala usaha,kerja keras,dan do’a manusia dapat menemukan jalan kehidupannya sendiri,kecuali pada beberapa ketetapan yang tak bisa diubah (rezeki, mati, jodoh).
Sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar’ad ayat 11 
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung mereka selain Dia.

C.    Tujuan Manusia Diciptakan
Untuk apakah manusia diciptakan Tuhan di dunia ini ?
Menurut Al-Qur’an Tuhan berfirman :
Adz-Dzaariyaat (51 ayat 56) : 
“dan tidak aku jadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku.”
Perintah ataupun tugas yang diberikan oleh Allah kepada manusia dalam beribu-ribu macam bentuk dimulai dari hal yang paling kecil menuju kepada hal yang paling besar dengan berdasarkan dan berpegang kepada Al-qur’an dan hadist didalam menjalankannya. Begitupun sebaliknya dengan larangan-larangannya yang seakan terimajinasi sangat indah dalam pikiran manusia namun sebenarnya balasan dari itu adalah neraka yang sangat menyeramkan,sangat disayangkan bagi mereka yang terjerumus kedalamnya.Na’uudzubillaahi min dzalik
Dalam hadist shohih diungkapkan bahwa jalan menuju surga itu sangatlah susah sedangkan menuju neraka itu sangatlah mudah.Dua itu adalah pilihan bagi setiap manusia dari zaman dahulu hingga sekarang,semua memilih dan berharap akan mendapatkan surga,namun masih banyak sekali orang-orang yang mengingkari dengan perintah Allah bahkan mereka lebih tertarik dan terbuai untuk mendekati,menjalankan larangan larangannya.Sehingga mereka bertolak belakang dari fitrahnya sebagai manusia hamba Allah yang ditugasi untuk beribadah.Oleh karenanya,mereka tidak akan merasakan hidup bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
Awal ibadah ialah tafakur dan berdiam diri, selain untuk mengingat Allah.Sebenarnya bertafakur satu jam lamanya adalah lebih baik dari pada beribadah selama satu tahun.
 Sebaik-baiknya Ibadah adalah bertafakur tentang Allah dan kekuasaan-Nya. Tafakur merupakan kunci untuk membuka pintu Ma’rifat dan mempelajari Rohani yang tersembunyi.
Arti ibadah :
Ketahuilah bahwa bebas dari kesibukan lain demi tenggelamnya dalam ibadah dapat terjadi bila memiliki waktu yang luang dan hati yang masih kosong . dan ini merupakan salah satu hal amat penting dalam ibadah, yang tampa hal ini kehadiran hati tidak mungkin terjadi, dan ibadah yang dilakukan tampa kehadiran hati tidak ada nilainya.
Yang membuat hati hadir itu ada dua. Yang pertama adalah memiliki waktu yang luang dan hati yang masih belum disibukan oleh apapun. Sedangkan yang ke dua adalah membuat hati memahami penting ibadah, yang dimaksud waktu luang’ adalah kita harus menyisihkan waktu kita khusus untuk Ibadah di mana kita harus mencurahkan diri semata-mata untuk ibadah tanpa di ganggu pemikiran atau kesibukan lain.

Berikut ini kami mencoba menjelaskan pokok persoalan ini.
Orang yang saleh tentu akan memperhatikan waktu waktu ibadahnya dalam keadaan apapun. Tentu saja dia akan memperhatikan waktu-waktu shalat, yang merupakan tindakan ibadah yang penting, dan melaksanakannya, dengan sebaik-baiknya, tidak memikirkan pekerjaan lain selama waktu-waktu itu. Dan bila beribadah, itu dilakukan dengan tak bersungguh-sungguh atau asal-asalan saja, karena menganggap ibadah sebagai menghalangi apa yang dibayangkannya sebagai tugas penting. Namun ibadah semacam itu bukan saja tidak memiliki kecemerlangan spiritual, namun juga patut mendapat murka Allah, dan orang seperti itu adalah orang yang meremehkan shalat dan mengabaikannya.
Aku berlindung kapada Alloh dari meremehkan Shalat dan dari tidak memberikan makna yang sepatutnya kepada shalat.

D.    untuk Siapa Manusia Hidup?
Ada caranya untuk mengabdi dan beribadah kepada tuhan yang benar, beribadah kepada tuhan dapat dibagi dalam tiga tahap :
Tahap I. Bekerjalah untukku.
Engkau harus mengerti bahwa pekerjaan apapun yang kau lakukan di dunia
ini hal itu telah terkait dengan tuhan (Alloh) karena Dia adalah penguasa tertinggi di Dunia.
Al-Insaan (76 Ayat 30 ): 
Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Tahap II. Semata-mata demi aku.
Apapun yang kau kerjakan tidak kau lakukan untuk kebaikan untuk dirimu
sendiri. Siapakah engkau sebenarnya ?
Tuhan berkata : “Akulah yang bersinar dalam dirimu” kata Aku ini timbul dari yang Esa, dari ROH itu sendiri. “Apapun yang kau lakukan, lakukanlah bagi kepuasan-Ku, demi Aku. Kerjakanlah semua atas nama-KU.
Bertindaklah sebagai alat-Ku, sadarlah bahwa aemua yang kau lakukan
hanyalah demi Aku. Disini kata “Milik-Ku atau “Aku” menunjukan ROH,
bukan badan Jasmani.
Tahap III. Berbaktilah Hanya Kepada-Ku
Engkau harus mengerti petunjuk ini.Bakti adalah pernyataan taqwa.Emosi yang
dinamakan taqwa memancar dari ROH.Taqwa yang sebenarnya berarti bakti, adalah
sebutan untuk ROH.
Prinsip taqwa yang memancar dari lubuk hati ini harus menjiwai setiap perbuatan, perkataan dan pikiran.Hal ini akan terjadi bila engkau beranggapan bahwa segala sesuatu yang kau lakukan, katakana dan pikirkan, hanya kau perbuat untuk menyenangkan Tuhan saja. Tidur, makan dan berbagai kegiatan dalam kehidupan sahari-hari kau lakukan karena cinta kepada Aku dan Aku timbul dari ROH.
Al-An’aam (6 ayat 162) 
Katakanlah, “Sesungguhnya Shalatku, ibadahku, hidup dan matiku (hanyalah) untuk Alloh, Tuhan semesta alam”.
Jadi,seluruh kehidupan kita ini sebenarnya hanyalah untuk Allah. Ibadah,  kerja, belajar, shalat, mati, dan semuanya hanyalah untuk Allah.Dan semua itu memang milik Allah semata.

E.     Tugas Manusia di Bumi
Manusia dipercaya Allah untuk menjadi khalifah dimuka bumi ini.Allah.Dia pernah memberi amanat kepada bumi tapi bumi tak sanggup untuk memikulnya,begitu juga dengan gunung.Dan akhirnya manusialah yang dipercaya unutuk mengemban amanat itu.
Sebagai wakil Allah di bumi ini,manusia salah satu tugas manusia adalah untuk menjaga keseimbangan kehidupan di bumi ini.Serta menjalin hubungan dengan Allah,dengan sesama manusia,dan dengan lingkungan kehidupannya.

F.     Fungsi dan Peranan Manusia
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah.
Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diridan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :
1.      Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54)
Surat Al Naml Ayat 15-16
Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman."
Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: "Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata."

Al Mukmin Ayat 54

Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu”.
belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.

2.      Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31)
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
ilmu yang diajarkan oleh khalifatullah bukan hanya ilmu yang dikarang manusia saja, tetapi juga ilmu Allah.

3.      Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 )
Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian, bahwa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)??”
Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Manusia terlahir bukan atas kehendak diri sendiri melainkan atas kehendak Tuhan. Manusia mati bukan atas kehendak dirinya sendiri Tuhan yang menentukan saatnya dan caranya. Seluruhnya berada ditangan Tuhan Hukum Tuhan adalah hukum mutlak yang tak dapat dirubah oleh siapapun hukum yang penuh dengan rahasia bagi manusia yang amat terbatas pikirannya.
Kuasa memberi juga kuasa mengambil Betapa piciknya kalau kita hanya tertawa senang sewaktu diberi. Sebaliknya menangis duka dan penasaran Sewaktu Tuhan mengambil sesuatu dari kita. Yang terpenting adalah menjaga sepak terjang kita Melandasi sepak terjang hidup kita dengan kebenaran Kejujuran dan keadilan?Cukuplah Yang lain tidak penting lagi.
Suka duka adalah permainan perasaan. Yang digerakan oleh nafsu iba diri Dan mementingkan diri sendiri. Tuhanlah sutradaranya, Maka manusia manusia adalah pemain sandiwaranya Yang berperan diatas panggung kehidupan Sutradara yang menentukan permainannya Dan ingatlah bukan perannya yang penting Melainkan cara manusia yang memainkan perannya itu.
Walaupun seseorang diberi peran sebagai seorang raja besar, Kalau tidak pandai dan baik permainannya ia akan tercela. Sebaliknya biarpun sang sutradara memberi peran kecil tak berarti Peran sebagai seorang pelayan atau rakyat jelata Kalau pemegang peran itu memainkannya dengan sangat baik Tentu ia akan sangat terpuji dimata Tuhan juga dimata manusia.
Apalah artinya seorang pembesar Yang dimuliakan rakyat Bila ia lalim rakus dan melakukan hal hal yang hina. Maka ia akan hanya direndahkan dimata manusia Dan juga dimata Tuhan. Sebaliknya betapa mengagumkan hati manusia Yang menyenangkan Tuhan Bila seorang biasa yang bodoh miskin Dan dianggap rendah namun mempunyai sepak terjang Dalam hidup ini penuh dengan kebajikan Yang melandaskan kelakuannya pada jalan kebenaran. Maka mereka itulah yang paling mulia dimata Tuhan.
“Wahai orang orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, diatasnya terdapat malaikat malaikat yang bengis dan sadis yang tidak mengabaikan apa yang diperintahkan kepada mereka, dan mereka melakukan apa yang diperintahkan”
Itulah firman Allah yang diberikan kepada manusia dalam menjalankan peranannya selama hidup di muka bumi.Peran terhadap diri sendiri dan keluarga.Bukan diawali dari peran untuk keluarga atau pun negara tapi justru peran itu ditujukan untuk diri sendiri sebelum berperan untuk orang lain.Peranan seseorang harus dibangun dari dalam diri sendiri secara terus menerus untuk mendapatkan hasil yang maksimal,ketika sebuah pribadi telah menguasai peranannya untuk diri sendiri, barulah bisa berperan untuk orang lain,terutama keluarga.Ada sebuah kata kata dari seorang teman yang pernah berbagi dengan saya tentang masalah berderma. Dia berkata pada saya”kawan untuk kita bisa memberikan sesuatu kepada orang lain tentunya kita harus dalam kondisi lebih terlebih dahulu, tidak mungkin kita dalam kondisi kekurangan terus kita meberi untuk orng lain”.Jadi untuk bisa membangun sebuah keluarga, kelompok, negara dan mungkin yang lebih besar lagi maka haruslah menjadi kewajiban kita untuk bisa terlebih dahulu membangun diri kita.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Manusia adalah mahluk Allah yang paling mulia, di dalam Al-qur’an banyak sekali ayat-ayat Allah yang memulyakan manusia dibandingkan dengan mahluk yang lainnya.Dan dengan adanya ciri-ciri dan sifat-sifat utama yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia menjadikannya makhluk yang terpilih diantara lainnya memegang gelar sebagai khalifah di muka bumi untuk dapat meneruskan,melestarikan,dan memanfaatkan segala apa yang telah Allah ciptakan di alam ini dengan sebaik-baiknya.

Tugas utama manusia adalah beribadah kepada Allah SWT. Semua  ibadah yang kita lakukan dengan bentuk beraneka ragam itu akan kembali kepada kita dan bukan untuk siapa-siapa.Patuh kepada Allah SWT,menjadi khalifah,melaksanakan ibadah,dan hal-hal lainnya dari hal besar sampai hal kecil yang termasuk ibadah adalah bukan sesuatu yang ringan yang bisa dikerjakan dengan cara bermain-main terlebih apabila seseorang sampai mengingkarinya.Perlu usaha yang keras,dan semangat yang kuat ketika keimanan dalam hati melemah,dan pertanggungjawaban yang besar dari diri kita kelak di hari Pembalasan nanti atas segala apa yang telah kita lakukan di dunia.

B.     Saran
Diharapkan kepada para pembaca yang akan lebih mendalami tentang Manusia dan Hajat Hidupnya dapat mengambil Referensi yang lain sehingga dapat membandingkan dengan Referensi yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

A.    http://nurdinmappa.wordpress.com/2010/04/22/manusia-dan-hajat-hidupnya/
B.     halimsani.wordpress.com
C.     tafany.wordpress.com
D.    Al Quran dan terjemahan
E.     Ali, Daud dkk. 1988. Islam untuk  Disiplin Ilmu Hukum, Sosial dan Politik. Jakarta:PT Bulan Bintang
F.      Al-Ghazali, 2000. Ihya Ulumuddin, Qairo, Mesir: Daar al-Taqwa.
G.    Hibatillah, Abu. 1988. Bahaya Mengabaikan Hukum Allah. Solo:Pustaka Mantiq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar